BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Ikhtiologi
berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “Ichthyes” yang artinya ikan dan
“Logos” artinya ilmu. Ichtyologi adalah suatu ilmu yang khusus
mempelajari tentang ikan dan segala aspek kehidupan ikan yang meliputi
taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi, genetika, reproduksi, dll)
dan ekologi (struktur komunitas, populasi, habitat, predator, dan persaingan
serta penyakitnya) (Rahardjo,
1985).
Ikan merupakan binatang vertebrata yang
berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan
keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan
insang. Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis
yang spesifik meskipun ada beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam
mata kuliah ichtyologi, dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara
kasat mata (ekternal anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ
tambahan yang dimiliki oleh beberapa jenis ikan. Struktur internal dan
eksternal ikan memberi gambaran bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan yang akan
menunjukkan pola makan, membedakan jenis kelamin, dan diagnosis penyakit.
Ichtyologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan
baik secara external maupun internal, tidak hanya sekedar anatomi ikan saja.
Oleh karena itu banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan
dipecahkan dengan bersumber dari ichtyologi (Rahardjo, 1985).
2.1
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ikthiologi ini yaitu sebagai
berikut :
Untuk
mengetahui morfologi ikan cakalang (k.pelamis)
Untuk
mengetahui morfometrik dan meristik pada ikan cakalang (k.pelamis).
3.1
Manfaat
Manfaat
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a)
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan
dapat mengenal morfologi ikan, dan letak posisi bagian luar tubuh ikan secara in
situ.
b)
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan
dapat mengetahui metode atau cara mnghitung berbagai ukuran ikan sebagai
referensi dalam identifikasi dan kuantifikasi ikan.
c)
setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mengetahui
struktur penutup tubuh ikan, kulit dan derivat-derivatnya, seperti sisik,
jari-jari sirip, lendir, scute, keel dan kelenjar racun.
d)
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat
mengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses pernafasan yang
meliputi insang serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya
erdapat pada beberapa jenis ikan tertent
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Klasifikasi cakalang menurut
Rajabnadia (2009) adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Phylum : Vertebrata
Class : Teleostoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus

Ikan Cakalang (k.pelamis)
2.2
Morfologi
Ikan Cakalng (Katsuwonus
pelamis)
Ikan cakalang memiliki
tubuh yang membulat atau memanjang dan
garis lateral. Ciri khas
dari ikan cakalang
memiliki 4-6 garis
berwarna hitam yang
memanjang di samping bagian tubuh. Ikan cakalang pada umumnya mempunyai
berat sekitar 0,5 – 11,5 kg serta panjang sekitar 30-80 cm. Ikan cakalang mempunyai ciri-ciri
khusus yaitu tubuhnya mempunyai bentuk menyerupai
torpedo (fusiform), bulat
dan memanjang, serta mempunyai
gill rakers (tapis insang)
sekitar 53-63 buah. Ikan cakalang
memiliki dua sirip 6 punggung yang letaknya terpisah.
Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, pada sirip punggung
perut diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi (keel) yang sangat
kuat diantara dua rigi-rigi yang lebih kecil pada masing-masing sisi dan sirip
ekor (Matsumoto et al 1984).
2.3
Anatomi Ikan Cakalang
Tubuh berukuran besar, berbentuk fusiform (lebar di bagian
tengah dengan ujung-ujung menyempit). Memiliki 2 sirip dorsal/punggung dan 2
sirip perut. Di belakang sirip punggung dan sirip perut terdapat sederetan
sirip-sirip kecil yang disebut finlet berjumlah 7-10 finlet. Tubuhnya tertutup
oleh sisik yang sangat kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas
tubuhnya. Sisik berukuran besar juga ada namun jarang nampak. Tanda sisik besar
membentuk semacam lingkaran pada bagian belakang kepala. Hati tuna beberapa
kali lebih besar daripada hati ikan lainnya dan lebih mirip dengan hati mamalia
2.4
Kebiasaan
Makan Ikan Cakalang
Cakalang
termasuk ikan perenang cepat dan
mempunyai sifat makan yang rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir
bersamaan melakukan ruaya disekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan
arus, ikan ini biasa bergerombol diperairan pelagis hingga kedalaman 200 m.
Ikan ini mencari makan berdasarkan penglihatan dan rakus terhadap mangsanya.
Gerombolannya terbentuk bersama spesies lain, terdiri dari 100 sampai 5.000
ekor. Termasuk predator oportunistik dengan jenis makanan dari ikan kecil
(Clupeidae dan Engraulidae), Cumi-cumi, Crustacea sampai Zooplankton.
Kebiasaan
cakalang bergerombol sewaktu dalam keadaan aktif mencari makan. Jumlah cakalang
dalam suatu gerombolan berkisar beberapa ekor sampai ribuan ekor. Individu
suatu schooling cakalang mempunyai ukuran yang relatif sama. Ikan yang
berukuran lebih besar berada pada lapisan yang lebih dalam dengan schooling
yang kecil, sedangkan ikan yang berukuran kecil berada pada lapisan permukaan
dengan kepadatan yang besar. Ikan cakalang ukuran besar berbeda kemampuan
adaptasinya dengan ikan cakalang ukuran kecil dalam mengatasi perubahan
lingkungan. Dengan mengetahui ukuran ikan cakalang, maka dapat melihat sebagian
sifat-sifatnya dalam mengatasi perubahan lingkungan.Di perairan Indonesia
terdapat hubungan yang nyata antara kelimpahan cakalang dengan ikan pelagis
kecil serta plankton. Dengan semakin banyaknya ikan kecil dan plankton, maka
cakalang akan berkumpul untuk mencari makan. Ikan cakalang mencari makan
berdasarkan penglihatan dan rakus terhadap mangsanya. Cakalang sangat rakus
pada pagi hari, kemudian menurun pada tengah hari dan meningkat pada waktu
senja.
2.5
Taksonomi
Ikan Cakalang
Cakalang adalah ikan pelagis yang merupakan perenang
cepat (good swimmer) dan mempunyai sifat rakus (varancious). Ikan ini melakukan
migrasi jarak jauh dan hidup bergerombol dalam ukuran besar. Bentuk tubuhnya
digolongkan dalam bentuk torpedo, yaitu badan fusiform, bagian kepala sangat
tebal, ramping dan kuat kearah ekor dan sedikit pipih pada bagian samping. Penangkpan ikan cakalang dapat
dilakukan dengan pole and line, hand and line dan tonda (Ayodya,1981)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu
Dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Sabtu 5 Desember 2015 Pukul 08.00 Sampai 11.30 Bertempat
di taman Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanin Universitas Negeri Gorontalo.
3.2
Alat
Dan Bahan
Alat
yang di gunakan pada saat kegiatan praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat
yang digunakan pada praktikum ikhtiologi
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1
|
Tisu Kering
|
Digunakan
untuk mengeringan tubuh ikan, agar mudah dalam melakukan pembedahan dan
perhitungan sisik.
|
2
|
Tisu Basah
|
Di gunakan
untuk membersihkan alat dari kotoran berupa darah ikan pada saat membedah
|
3
|
Kaca Pembesar
|
Digunakan
untuk membantu dalam melihat hal-hal yang kecil seperti menghitung jumlah
sisik dan sirip ikan
|
4
|
Talenan
|
Digunakan
untuk meletakan ikan yang akan di bedah
|
5
|
Ember
|
Digunakan
untuk meletakan ikan sebelum dan sesudah dibedah
|
6
|
Pisau
|
Digunakan
untuk membeda ikan
|
7
|
Mistar
|
Digunakan
untuk mengukur panjang dan lebar ikan
|
8
|
Pinset
|
Digunakan
dalam melakukan perhitungan sisik, sirip dan dll.
|
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada
praktikum
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Ikan cakalang
|
Bahan yang akan di bedah
|
2
|
Air
|
Media yang di gunakan untuk meletak
ikan agar tetap segar sampai pembedahan
|
3.3
Prosedur
Kerja
1. Morfologi Ikan
Prosedur kerja pada pengamatan morfologi ikan
cakalang adalah sebagai berikut:
a) Meletakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan
b) Mengamati
bentuk morfologi tubuh ikan yang diamati
c) Menggambar hasil pengamatan dan mencatat
bagian-bagiannya.
d) Mengulangi langkah-langkah di atas pada jenis
ikan-ikan yang lainnya.
2. Pengukuran
Morfometrik Ikan
Prosedur kerja pada pengukuran morfometrik ikan
cakalang adalah sebagai berikut:
a) Meletakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan
b) Mengukur
ikan, yaitu mengukur panjang tubuh, tinggi tubuh, dan lebar tubuhnya.
c) Mencatat hasil pengukuran pada table yang
telah disediakan
d) Mengulangi
langkah-langkah di atas pada jenis ikan-ikan yang lainnya.
3.
Sistem Integumen
Prosedur kerja pada sistem integumen ikan cakalang
adalah sebagai berikut:
a) Meletakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan
b) Mengamati
bagian-bagian luar yang membungkus tubuh ikan
c) Mencatat hasil pengamatan
d) Mengulangi langkah-langkah di atas pada jenis
ikan-ikan yang lainnya.
4.
Sistem Pernafasan
Prosedur kerja pada pengamatan sistem pernafasan
ikan cakalang adalah sebagai berikut:
a) Melatakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan
b) Melepaskan
insang ikan yang diamati
c) Mengamati
dan menggambar bentuk insang ikan
d) Menentukan
dan mencatat bagian-bagian insang ikan tersebut
e) Mengulangi
langkah-langkah di atas pada jenis ikan-ikan yang lainnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
Mengenal
morfologi ikan.
Gambar
1. Morfologi ikan
Tabel 1. Morfologi ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis)
PARAMETER
|
JENIS IKAN
|
Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
|
|
Bentuk tubuh
|
Pipih
|
Bentuk mulut
|
Dapat disembulkan
|
Posisi mulut
|
Subterminal
|
Mulut disembulkan (dapat / tidak)
|
Dapat
|
Bentuk sirip ekor
|
Sabit
|
Posisi sirip V terhadap P
|
Abdominal
|
Tipe sirip D (tunggal /ganda)
|
Ganda
|
Kelengkapan LL
|
Ada
|
Sirip V (ada/tidak)
|
Ada
|
Ciri khusus
|
Finilet
|
Operkulum
|
Ada
|
Preoperkulum
|
Ada
|
Sirip P (ada/tidak)
|
Ada
|
Morfometrik dan
meristik ikan bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dan menghitung jumlah
dari karakter tertentu bagian tubuh ikan.
Tabel 2. Ciri morfometrik ikan
No
|
Bagian tubuh
yang
Diukur
|
Jenis ikan
|
Persentase
|
1.
|
Panjang total
|
35
cm
|
100
%
|
3.
|
Panjang baku
|
36
cm
|
1.05
%
|
4.
|
Panjang kepala
|
11
cm
|
0.09
%
|
5.
|
Panjang predorsal
|
17
cm
|
0.23
%
|
6.
|
Panjang batang ekor
|
9
cm
|
0.66
%
|
7.
|
Tinggi badan
|
9,5
cm
|
0.07
%
|
8.
|
Tinggi batang ekor
|
1
cm
|
8.16
%
|
9.
|
Tinggi kepala
|
8
cm
|
3.34
%
|
10.
|
Lebar kepala
|
2,5
cm
|
0.005
%
|
11.
|
Lebar badan
|
1,5
cm
|
0.001
%
|
12.
|
Panjang hidung
|
3
cm
|
0.007
%
|
13.
|
Panjang
bagian kepala di belakang mata
|
6
cm
|
0.02
%
|
14.
|
Lebar ruang antar mata
|
3
cm
|
0.007
%
|
15.
|
Diameter mata
|
2
cm
|
0.003
%
|
16.
|
Panjang
rahang atas
|
5
cm
|
0.02
%
|
17.
|
Panjang
rahang bawah
|
4
cm
|
0.01
%
|
18.
|
Lebar bukaan
mulut
|
3
cm
|
0.007
%
|
19.
|
Tinggi di
bawah mata
|
2,5
cm
|
0.005
%
|
20.
|
Panjang dasar
sirip punggung
|
2,5
cm
|
0.005
%
|
21.
|
Panjang dasar
sirip anal
|
3
cm
|
0.007
%
|
22.
|
Tinggi sirip
punggung
|
5
cm
|
0.02
%
|
23.
|
Panjang sirip
dada
|
5,5
cm
|
0.02
%
|
24.
|
Panjang sirip
perut
|
4
cm
|
0.01
%
|
Tabel 3. Lembar
kerja ciri meristik
No
|
Parameter
|
Jenis Ikan
|
1.
|
Jari-jari sirip keras :
Sirip D
Sirip C
Sirip A
Sirip P
Sirip V
|
D.V
C1.
IV. C2. V
A.V
P.VI
V.III
|
2.
|
Jari-jari
sirip lemah :
Sirip D
Sirip C
Sirip A
Sirip P
Sirip V
|
D.
10
C1.
17 .C2 16
A.15
P.22
V.14
|
3.
|
Perumusan
sirip :
Sirip D
Sirip C
Sirip A
Sirip P
Sirip V
|
D.V.10
C.IV-V.C.17-16
A.V.15
P.VI.22
V.III.14
|
4.
|
Jumlah
sisik :
Pada LL
Di bawah
LL
Di atas LL
|
61
70
56
|
5.
|
Jumlah
sisik predorsal
|
-
|
6.
|
Jumlah
sisik pipi
|
-
|
7.
|
Jumlah
sisik keliling badan
|
254
|
8.
|
Jumlah
sisik batang ekor
|
-
|
9.
|
Jumlah tapis
insang :
Bagian bawah
Bagian atas
|
116
284
|
10.
|
Jumlah
finlet
|
-
|
Praktikum
Ikhtiologi mengenai sistem integumen bertujuan untuk mengenal sistem yang
berhubungan dengan derivate kulit dan warna pada ikan. (Tipe sisik, warna
kulit,organ cahaya dan lendir serta kelenjar racun)
Gambar 2. Tipe Sisik badan
ikan
Organ yang berhubungan dengan sistem pencernaan,
pernapasan, dan peredaran darah.
Gambar
4. Lambung dan usus ikan dan organ – organ lainnya
Tabel 4. Lembar kerja sistem pencernaan ikan
Tipe organ pencernaan
|
Panjang
|
Rasio
|
|||
Gigi
|
Lambung
|
Usus
|
Tubuh(A)
|
Usus (B)
|
A/B X 100 %
|
Gergaji
|
karnivora
|
Karnivora
|
35
cm
|
13
cm
|
269
%
|
Gambar 5. Insang
ikan
Tabel 5. Lembar kerja sistem pernapasan
Jumlah lembar insang
|
Jumlah filamen insang
|
||
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
4
|
|
400
|
460
|
4.2
PEMBAHASAN
4.2.1
Morfologi
Ikan Cakalang (K. pelamis)
Ikan cakalang (K. pelamis) mempunyai bentuk
tubuh menyerupai torpedo. Bentuk yang demikian sangat mempengaruhi kecepatan
renang dari ikan cakalang sebagai ikan pelagis. Cakalang mempunyai dua sirip
punggung, yaitu sirip punggung yang terletak di dekat anterior dan sirip
punggung yang terletak di bagian posteriornya. Sisik ikan cakalang hanya ada
pada bagian punggungnya, namun jumlahnya sangat sedikit dan hampir tidak tampak
jika tidak diperhatikan secara seksama.
Tempat hidup ikan sangat mempengaruhi bentuk
morfologi tubuhnya. Hal ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebiasaan
dari ikan tersebut. Pada ikan-ikan pelagis (ikan yang hidup di daerah permukaan
perairan), bentuk tubuhnya cenderung lebih lonjong dan bulat daripada bentuk
tubuh ikan yang hidupnya di bagian dasar perairan (ikan komersal). Ikan pelagis
lebih lonjong karena untuk memudahkannya dalam melakukan pergerakan, utamanya
berpengaruh pada kecepatan renangnya.
4.2.2
Pengukuran Mofometrik
Bentuk dan ukuran dari
setiap jenis ikan berbeda-beda. Perbedaan ini biasa digunakan dalam proses
pengklasifikasian dan penggolongan suatu jenis ikan. Untuk dapat mengetahui
perbedaan ukuran tubuh setiap jenis ikan, tentu dilakukan pengukuran untuk
mendapatkan data mengenai ukuran tubuh ikan tersebut. Dalam Rajabnadia (2009) dijelaskan bahwa
Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke
titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan
antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung
atau tinggi badan atau ekor.
Pada pengamatan yang
dilakukan dalam praktikum ini, bagian-bagian tubuh ikan yang diukur yaitu
panjang total tubuh ikan, panjang baku, tinggi badan, panjang batang ekor,
tinggi batang ekor, tinggi sirip punggung atau dubur, panjang jari-jari sirip,
panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang kepala, lebar kepala, dan
lebar pembukaan mulut ikan tersebut.
Pengukuran yang dilakukan
pada ikan cakalang (Katsuworis pelamis), diperoleh data yaitu panjang
total : 35 cm, panjang baku : 36 cm, tinggi badan : 9,5 cm, panjang batang ekor
: 9 cm, tinggi batang ekor : 1 cm, panjang kepala : 11 cm, lebar kepala : 2,5
cm, dan lebar pembukaan mulutnya : 3 cm.
4.2.3
Pengukuran Meristik Ikan
Menurut Affandi
et al. (1992), karakter meristik pada ikan bertulang
sejati,terdiri dari jari-jari sirip keras yang tidak beruas, tidak mudah
dibengkokkan, danjari-jari lemah yang bersifat transparan, beruas dan mudah
dibengkokkan.
Adapun pengukuran yang di lakukan pada ikan cakalang
(Katsuworis pelamis)
jari-jari sirip keras dapat di rumuskan
dengan mengunakan angka romawi sirip D.V
Cm, sirip ekor : CI IV C2
V sirip Dubur : A.V cm, sirip dada : P.VI cm dan
sirip perut V.III cm, sedangkan pada jari jari sirp lemah dapat di rumuskan dengan angka : Sirip D
: DI – D2.10
cm, Siripn C : CI.17- C2.16
cm, Sirip Dubur : A.15 cm, Sirip Dada : P.22 cm dan pada Sirip perut V.14 cm. adapun
jumblah pada bagian sisik: pada garis LL 61 cm, pada bagian bawa LL : 70 cm dan
pada bagian atas LL 56 cm.
4.2.4
Sistem
Pencernaan Ikan
Pencernaan adalah proses
penyederhanaan makanan melalui cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari
makanan yang mudah diserap di dalam usus,kemudian diedarkan ke seluruh organ
tubuh melalui sistem peredaran darah.Saluran pencernaan terdiri dari banyak
organ, antara lain
Adapun tipe organ pencernaan
pada ikan cakalang (K. pelamis) memiliki gigi yang berbentuk gergaji, sedangkan padu usus dan
lambung berbentuk karnivora di mana ikan cakalang tersebut di golongkan hewan
pemakan daging.
4.2.5
Sistem pernapasan
Pernafasan adalah proses
pertukaran oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) antara
organisme dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen dan pelepasan
karbon dioksida dalam suatu oreganisme. Alat pernafasan pada ikan secara umum
adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat
pernafasan paru-paru selalu mengguakan insang (Rajabnadia, 2009).
Adapun
perhitungan pada kedua lembar insang pada ikan cakalang, memiliki 4 jumbalah
tapis insang yang sama, di sebelah kanan 4 tapis insang, sedangkan yang
terletak pada bagian kiri juga memiliki 4 tapis insang, kemudian pada jumbla
filament insang pada sebelah kanan 400 filamen
dan pada sebelah kiri memiliki 460 filamen
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada
praktikum ini serta pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Ikan cakalang memiliki tubuh yang membulat atau memanjang
dan garis lateral. Ciri khas dari ikan
cakalang memiliki 4-6 garis
berwarna hitam yang
memanjang di samping bagian tubuh, dan adapun hasil yang di peroleh pada
mofometrik pada ikan cakalang sebagai berikut:
Pengukuran yang dilakukan
pada ikan cakalang (Katsuworis pelamis), diperoleh data yaitu panjang
total : 35 cm, panjang baku : 36 cm, tinggi badan : 9,5 cm, panjang batang ekor
: 9 cm, tinggi batang ekor : 1 cm, panjang kepala : 11 cm, lebar kepala : 2,5
cm, dan lebar pembukaan mulutnya : 3 cm.
5.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam
pembuatan laporan ini masi banyak kekurangan dan kelemahan, maka dari itu saya
mengharapkan kiranya teman-teman ataupun Asdos, dapat memberikan kiritikan atau
saran yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil dari laporan yang saya
buat ini sehinganya bias bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek
Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
Dari website:http://bmcbopal.blogspot.co.id/2015/02/laporan-ikhtiologi.html / diakses
7-12-2015 pukul 19.30
Djuanda, T. 1981. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan. Akademis Perikanan, Bandung
Rahadjo,
M.F. 1985. Ictiologi Sebagai Pedoman Kerja Praktikum. IPB,
Bogor
Rajabnadia, L. Abdul. Buku Ajar Ichtyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Haluoleo. Kendari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar